
Nyepi, Upaya Umat Hindu Bali Mengevaluasi Diri
Bagaimana umat hindu memaknai Nyepi? Melalui Nyepi, umat Hindu (khususnya warga Bali) menggelar serangkaian upacara adat. Peringatan Nyepi menjadi syarat bagi umat Hindu dalam menyambut tahun baru Saka.
Meskipun perayaan Nyepi ditetapkan sebagai hari libur nasional, namun umat Hindu di Bali tidak diperkenankan melakukan aktivitas rutin. Sebab, Nyepi merupakan waktu untuk mengevaluasi diri (melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari). Melalui laku berdiam diri di rumah dan tidak beraktivitas, mereka merenungi usaha dan hasil kerja selama setahun sekaligus tahun-tahun sebelumnya.
I Wayan Suwena dalam "Fungsi dan Makna Ritual Nyepi di Bali" menyatakan, Nyepi berarti sepi atau sunyi. Saat Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Bali berupaya menahan hasrat untuk tidak keluar rumah, bekerja, menghidupkan perapian, ataupun mengujarkan kalimat-kalimat tertentu.
Mereka dengan teguh menjauhi segala sesuatu yang dilandasi nafsu dan mendekatkan diri kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk mensucikan Bhuana Alit (manusia) dan Bhuana Agung (alam dan seisinya).
Arti Penting Nyepi Bagi Umat Hindu Bali
Pengendalian diri tersebut dilakukan dengan Catur Brata Penyepian. Dengan demikian, umat Hindu dapat khusyuk ketika mengevaluasi diri, meditasi, dan shamadi dalam keheningan.
Tahapan pelaksanaan Hari Raya Nyepi tentunya menyimpan arti masing-masing. Mulai dari upacara Melasti, Mecaru, Pengerupukan, Nyepi hingga Ngembak Geni, dilakukan dengan ritual-ritual yang khas.
1. Melasti
Upacara Melasti dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi tiba. Segala peralatan persembahyangan atau pretima di Pura disucikan di laut atau sungai. Bagi umat Hindu, laut diyakini sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Melasti atau melelasti berarti menghanyutkan kotoran alam dengan air kehidupan.
2. Tawur Agung (Mecaru)
Tawur atau mecaru ialah penyucian (Bhuta Kala), membasmi segala kotoran. Upacara ini dilangsungkan di tiap-tiap rumah, desa, dan wilayah lainnya. Pelaksanaan Mecaru jatuh pada hari Tilem Sasih Kesange, satu hari sebelum Nyepi.
3. Pengerupukan
Pengerupukan bermakna mengusir para Bhuta Kala dari pekarangan rumah dan lingkungan sekitar. Upacara ini diadakan setelah Mecaru, yakni dengan menabur Nasi Tawur, mengobori sekitaran rumah, menyemburi rumah dengan Mesiu, juga membunyikan benda-benda supaya menimbulkan suara.
4. Nyepi
Hari Raya Nyepi dapat diartikan sebagai hari penyucian diri manusia dan alam. Dengan kata lain, Nyepi bertujuan untuk membuang semua kotoran dan keburukan yang lalu agar siap menghadapi rintangan di tahun yang baru. Saat Nyepi, berbagai larangan beraktivitas diberlakukan. Dengan suasana yang hening, umat Hindu dapat melakukan perenungan dengan khidmat.
5. Ngembak Geni
Tahapan akhir perayaan Hari Raya Nyepi ini dapat dimaknai sebagai ajang pengakuan dan pengikhlasan. Maksudnya, sebagai manusia, hendaknya mengakui kesalahan dan meminta atau memberikan maaf kepada sesama. Usai Nyepi, umat Hindu biasanya saling mengunjungi dan menjalankan tradisi maaf-maafan.
Perayaan Hari Raya Nyepi memberikan pemahaman akan pentingnya toleransi dalam kehidupan umat manusia. Arti Hari Raya Nyepi lekat dengan kehidupan. Melakukan perenungan diri merupakan salah satu proses untuk memperoleh kesiapan hidup di tahun yang baru.
Manusia dengan ketidakmampuannya hidup sebatang kara, perlu merefleksikan dirinya dengan cara pendekatan rohani. Tak lupa juga memohon kehidupan yang rukun dan damai. Hal itu dapat ditempuh melalui perayaan Nyepi, tentunya dengan niat yang erat dan keikhlasan.
"Rahajeng Rahina Suci Nyepi, Saka 1947. Dumogi semeton sareng sami setata kapaica karahayuan taler kerahajengan. Wishing you a serene and blissful Nyepi."
Terima kasih telah membaca artikel kami. Kami ingin mengajak Anda untuk terus menjelajahi dan memperdalam pengetahuan Anda. Temukan berita terbaru dan artikel bermanfaat dengan mengklik tautan berikut "Klik di sini".
__________
Artikel ini bersumber pada Tirto ID